My Notes
in January 18, 2011 at 12:38am
Suatu ketika ada cahaya yang hangat menyambut seorang penyendiri yang
hancur.
Dan perlahan cahaya itu mulai menghangati hati penyendiri
tersebut.
Hati penyendiri yang sudah beku perlahan mencair dan bisa merasakan
yang namanya kasih sayang.
Tetapi suatu ketika cahaya menemukan cahaya hatinya dan pergi
seolah-olah meninggalkan penyendiri tersebut.
Padahal cahaya tidak pernah pergi, cahaya selalu ada.
Tapi penyendiri dengan keegoisannya menutup dan membekukan kembali
hatinya dan membuat barrier, menjadi penyendiri lagi.
Justru semakin parah.
Penyendiri mau menghancurkan dirinya sendiri.
Perbuatan penyendiri membuat cahaya berduka.
Kehancuran total dari penyendiri yang sudah tidak bisa diperbaiki oleh
cahaya.
Cahaya bersedih.
Akhirnya cahaya meredupkan cahayanya dan berduka.
Penyendiri akhirnya menyadari bahwa itu karena perbuatannya.
Penyendiri berusaha untuk membuat cahaya kembali bersinar hangat
dan bahagia.
Tapi penyendiri sendiri tidak mengetahui bagaimana caranya
untuk bahagia dan apa itu bahagia.
Penyendiri mengembara ke seluruh negeri untuk mencari bahagia.
Dia bertanya, bingung, mencari apakah bahagia itu?
Apakah bahagia itu?
Mengapa bahagia harus ada?
Penyendiri akhirnya kembali ke cahaya dan bertanya kepada cahaya:
"Cahaya, apakah bahagia itu? Apakah kamu bisa bahagia jika aku
mengenal apa itu bahagia?"
Cahaya yang masih berduka menjawab:
"aku tau bahagia itu apa. kalau kau ingin mengetahui bahagia itu
seperti apa, lihatlah aku."
Penyendiri tidak mengerti maksud perkataan cahaya.
Dia bertanya banyak hal apa itu bahagia, kenapa bahagia itu harus ada,
kenapa bahagia itu bisa membuat perasaan menjadi tentram.
-to be continued-
0 comments:
Post a Comment